Bapak dan mamaku mendaftarkan aku di MTS. Pertama kali masuk sekolah aku pergi bersama teman-temanku. Kami pergi dengan riang gembira dan perjalanan sekolah yang seru. Seru karena kami melewati hutan, kebun, lapangan, bukit, sawah, sampai di pusat desa dan sampailah di sekolah baru kami MTS Muhammadiyah Argosari.Sebenarnya bisa lewat jalan raya tapi kami memilih lewat jalur lain karena lebih dekat.
Sampai di sekolah, aku lihat teman-teman dari desa lain yang terlihat sombong..Hehe atau karena belum kenal yah? Tapi mereka tidak ada yang menyapa kami. Kami jadi sedih, apalagi ketika ada yang mengolok dusun kami. Dusun kami bernama "Gunung Tengah" dan mereka bilang katanya "Gunung Tengah ortodok" atau terkadang mereka menyingkatnya menjadi GTO. Aku dan temanku sedih sekali dan menjadi pendiam di sekolah.
Di sekolah ada acara MOS (Masa Orientasi Siswa). Di minggu terakhir MOS ada ujian tertulis. Pada hari senin saat upacara bendera, Pak kepala sekolah menyambut siswa baru dan memberikan pidato yang panjang. Di akhir pidatonya, Pak Kepala Sekolah mengumukan juara MOS tahun ini. Saat itu kepalaku sedang pusing, aku tak pernah mengikuti upacara bendera dengan durasi yang selama ini. Rasanya aku ingin pingsan, keringat dingin sudah keluar dari tubuhku, badanku lemas dan kepalaku pusing. Pak Kepsek membacakan juara dari juara 5 sampai ke juara 1. Saat membacakan juara 1, aku kaget karena namaku dipanggil.
Kepalaku yang pusing seketika hilang dan aku maju ke depan. Teman-teman yang lain bertepuk tangan dan aku sangat bahagia. Sejak saat itu teman-teman dari desa lain tidak pernah lagi mengolok-olok desa kami dan mereka mulai bersahabat dengan kami. Ternyata mereka semuanya juga baik-baik.
Selain baik, teman-teman dari desa lain juga pintar-pintar. Selama sekolah aku selalu masuk 3 besar. Aku tidak bisa meraih juara 1 di kelas karena ada 2 temanku yang lebih pintar dari aku. Walaupun mereka sudah bisa menerima kami dengan baik tapi terkadang masih ada rasa minder karena kami berasal dari desa Gunung Tengah yang terkadang ada teman yang masih usil dengan kami. Tapi aku tak pernah menyesal dan aku sedikit bangga walaupun aku dari desa Gunung Tengah yang katanya Ortodok tapi aku masih nilaiku masih bisa masuk 3 besar dan aku juga sudah mendapatkan banyak teman yang baik dan aku senang berteman dengan mereka semuanya.
Hari-hariku penuh kebahagiaan. Tiap pergi dan pulang sekolah kami melewati perjalanan yang seru. Kami bercanda bersama, terkadang kami berlari-lari di hutan, berbaring di lapangan sepak bola yang kami lewati ketika pulang sekolah, bernyanyi dan berteriak sesuka hati kami. Dengan salah satu temanku, kami sering berteriak tentang mimpi dan cita-cita kami ke depannya. Hidup yang menyenangkan, penuh dengan mimpi dan harapan.
Tahun-tahun berlalu dan tak terasa aku sudah kelas 3 MTS. Hari-hari menjadi sibuk karena banyak tugas, les, dan sebagainya untuk menyambut Ujian Nasional. Saat pergi dan pulang sekolah kami tidak lagi bermain-main, kami gunakan waktu yang kami miliki itu untuk membaca materi pelajaran meskipun sambil jalan sekalipun.
Ujian nasional telah berlalu dan saatnya pengumuman. Setiap orang tua murid datang ke sekolah. Bapakku datang dan hatiku sangat deg-degan khawatir aku tidak lulus ujian. Nama siswa dipanggil satu persatu dan orang tua murid yang harus maju mengambil amplop putih yang di dalamnya berisi keterangan Lulus/Tidak Lulus. Saat namaku dipanggil, aku langsung lemas. Bapakku keluar dari kelas dan aku langsung menghamipirinya. Aku tak berani membuka amplop putih itu.Ketika Bapak menyuruhku membukanya, aku hanya menangis dan menangis. Teman-temanku menatapku, mereka juga ketakutan sepertiku.
Bapakku akhirnya mengajaku pulang, tidak jauh dari sekolah aku memberanikan membuka amplop itu. Aku melihat sebaris kata-kata yang sangat ajaib bertuliskan LULUS. Tanpa memperdulikan sekeliling, aku langsung bersujud dan bersyukur dengan harunya, tanpa aku sadari ternyata di depan tempat aku bersujud itu adalah "kandang sapi". Bapaku tertawa dan akhirnya aku juga tertawa...:-D